perasaan yang paling tidak diinginkan oleh setiap manusia di dunia ini adalah perasaan menyakitkan. bisa ditanya satu persatu pada seluruh penduduk di bumi ini, tidak ada yang menginginkan perasaannya disakiti, atau merasakan sakit. sebenarnya sakit itu justru timbul dari dalam diri sendiri.
kembali ke cerita saya, sebagai filosofi saya mengapa pada akhirnya saya mengikhlaskan kesakitan yang saya rasakan. cinta saya pada seorang pria terdahulu begitu besar, saya sangat mencintainya melebihi saya mencintai diri saya sendiri, saya merasa dia amat sempurna dan dalam benak saya, saya tidak akan menemukan pria macam itu lagi dibelahan bumi manapun saya mencari. karena kesempurnaannya dimata saya, sebagai manusia yang ego, saya begitu menginginkannya, besar harapan saya akan mengakhiri perjalanan cinta saya dengannya, dan semua hal yang terjadi diantara saya dan pria itu selalu saya kaitkan dengan masa depan. saya seringkali bermimpi tentang masa depan bersamanya, membayangkan kehidupan akan datang dengannya, dengan pria yang sempurna dimata saya itu. karena doktrin saya dan cinta saya yang berlebih, akhirnya muncullah rasa takut. rasa takut jika pria saya akan direbut oleh orang lain, jika pria saya nantinya tidak akan menjemput masa depannya bersama saya, dan banyak ketakutan ketakutan yang saya mulai pikirkan sehingga seringkali terjadi pertengkaran diantara kami. ketakutan yang sebenarnya belum pasti terjadi, dan tidak ada yang tahu akan terjadi atau tidak. ketakutan itu justru menjatuhkan kekokohan hubungan kami. saya yang semakin gelisah dan resah dengan ketakutan yang saya ciptakan sendiri, membuat penekanan disetiap bagian hubungan kami. begitupula dengan respon yang pria itu kembalikan kepada saya. semua hal buruk terjadi begitu saja seperti yang saya takutkan. hal buruk itu justru terjadi setelah pikiran dan ketakutan saya meracau menjadi satu. sehingga pada akhirnya, muncul kata berpisah. semua pengharapan dan impian seketika melebur menjadi kekecewaan. dan rasa kecewa ini lah yang membuat kesakitan itu. kecewa karena semua pengharapan telah buyar begitu saja.
ada banyak pembenaran yang saya sangkalkan diawal kesakitan ini saya rasakan. dimulai dari "benar kan feelingku" atau "semua yang aku takutkan memang benar terjadi". segala pembenaran terhadap apa yang saya rasakan justru semakin membuat saya terpuruk. saya merasa semakin jauh dari kata salah dan sangat sulit memaafkan diri sendiri. seringkali saya mencerca takdir dan bahkan pria itu menjadi bulan bulanan saya atas kesakitan yang saya rasakan.
pada akhirnya, setelah saya bertemu banyak orang, bercerita banyak hal, membaca banyak buku inspirasi, mengembangkan diri dengan banyak hal baru, saya tersadar. bahwa sesungguhnya, manusia mampu mengendalikan dirinya untuk tidak menerima kesakitan. jika saja saya sedikit menurunkan pengharapan dan mimpi saya yang setinggi langit itu terhadap masa depan saya yang saya gantungkan pada orang lain, jika saja saya mampu meretas rasa takut saya yang berlebih bahkan terhadap yang belum pasti terjadi, mungkin saja, saya tidak akan mendapatkan kekecewaan yang menjadi cikal bakal kesakitan saya.
ini kedengarannya seperti penyesalan. tapi bukan penyesalan atas berakhirnya hubungan ini. melainkan penyesalan atas pengendalian diri sendiri yang belum saya kuasai betul. penyesalan atas semua rasa sakit yang saya ciptakan sendiri. penyesalan atas pikiran pikiran yang menyakitkan diri saya sendiri.
sakit dan senang didalam diri ini, semua tergantung pada kekuatan pikiran saya sendiri. jika saya ingin bahagia, saya harus bisa memikirkan hal yang baik-baik dan menyenangkan. tapi jika saya berpikir ulang seperti mengapa akhirnya hubungan saya dengan si pria sempurna berakhir, maka saya sebenarnya sedang menyiksa perasaan saya sendiri.
pelajaran berharga ini justru saya dapatkan setelah saya mengalaminya. sehingga saya dapat menyimpulkan bahwa, pengharapan akan masa depan yang belum pasti, boleh saja tinggi. tapi sudah cukup tinggikah akal dan hatimu untuk berbesar diri mengalahkan ketakutan yang tercipta disaat proses menanjaki impianmu yang tinggi itu? jika belum, kekecewaan akan dapat dirasakan dalam hitungan hari. jika sudah, selamat. kamu akan naik satu level menjadi manusia yang hebat.