Sabtu, 22 Agustus 2015

jangan pernah ragu meminta bantuan


entah kenapa, semakin kesini aku semakin sulit untuk berbagi dengan orang lain. bukan pelit. ini berbagi dalam konteks berbagi hidup. setelah mengalami pergolakan pasca kehilangan seseorang, aku semakin menutup diri dengan lingkungan sekitar. karena menurutku banyak sekali patahan patahan yang harus aku rampungkan terlebih dulu sebelum aku membaur kembali dengan orang disekitarku. ini bukan bentuk keputusasaanku, ini lebih semacam menyiapkan diri sebelum memulai lagi, menyiapkan banyak hal sebelum hidup yang sudah tertata sebelumnya telah hancur berantakan, terasa begitu terpuruk?memang seperti itulah adanya.
aku menghindari pergaulanku yang dulu bersama orang orang yang bahagia dengan hidupnya. karena dipikiranku mereka hanya akan menciutkan nyaliku dengan cerita bahagianya sementara aku disini terlunta-lunta mencari kebahagiaan. aku menjauh dari mereka yang dulu selalu ada untukku, bukan hanya itu, aku seperti tidak lagi mengenal mereka selayaknya persahabatan di bangku kuliah yang telah terjalin tiga tahun lamanya. semua keputusan bodoh itu aku ambil dengan begitu cepat tanpa proses pemikiran panjang, aku menyempitkan diri seolah aku belum layak diterima lagi dilingkungan ku. atau mungkin mereka yang belum pantas menyambut aku yang baru.
semuanya aku lakukan sendiri, menangis, mengobati, mencari pembaharuan, memperbaiki diri, menghibur diri semuanya aku lakukan tanpa bantuan siapapun. aku mencari kesenanganku, bertualang entah kemana kakiku mengajakku, mencari banyak pengalaman bekerja baru, memforsir tenagaku untuk bekerja secara terus menerus, menguras isi otak dan peluhku untuk menghindari kecemasan yang mungkin timbul jika aku hanya berdiam diri. aku benar-benar menjadi orang lain bagiku. beberapa bulan aku lakukan ini, menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat, membuat deadline sendiri agar merasa terkejar waktu, sehingga aku membiasakan diriku agar tidak memiliki waktu luang lagi untuk memikirkan berbagai kesakitan yang sudah lewat. 
kehilangan sosok ceriaku membuat mereka yang aku tinggalkan merasa khawatir. mereka mulai mencariku, berusaha lagi menghubungiku, mencoba berdiskusi dan menanyakan ada apa sebenarnya. mereka sempat tidak percaya bahwa jawabannya aku bisa seperti ini hanya karena seorang laki-laki. menurut mereka aku adalah wanita yang kuat, yang sering membuat orang disekitarnya tertawa, selalu berbagi lelucon-lelucon, periang, dan bahkan tidak pernah terlihat bermasalah. jadi di pikiran mereka, laki-laki itu adalah hal yang sangat tidak penting untukku. sehingga mereka tidak percaya dengan jawaban bahwa sekarang aku sedang mengalami penurunan kualitas diri karena kesakitan hati bukan karena laki-laki.
hari itu aku baru saja pulang dari pekerjaanku, semalaman tidak tidur membuatku lebih memilih menggunakan hari libur ini untuk tidur dikamar. aku menyalakan AC kemudian merebahkan diriku masih dengan seragam kerjaku. kemudian aku terlelap. rasanya baru sebentar aku memejamkan mataku, kemudian suara gaduh membangunkanku. suara beberapa orang yang memaksa masuk kamarku, aku yang masih setengah sadar otomatis beranjak kemudian tertegun melihat beberapa perempuan berdiri di pintu kamarku dengan wajah berseri-seri.
mereka adalah mereka yang aku tinggalkan karena kesakitanku, mereka adalah mereka yang aku hindari sejak aku mengalami penurunan mental, mereka adalah mereka yang selama ini mencariku, menghubungiku dan meminta sedikit kabar dariku. 
mereka kemudian memelukku satu persatu, ada yang menoyor kepalaku, menertawakanku, dan ada yang merengek kepadaku. kelima sahabatku. mereka yang aku tinggalkan. 
"aku temanmu bukan? maaf jika aku tidak pernah punya waktu untukmu, bahkan untuk saat saat terpurukku, kita punya kesibukan masing-masing, itu bukan alasan untuk tidak berbagi. masih ada telepon. kamu bisa minta bantuanku kapan saja tanpa harus bertemu saat itu juga. jika kamu memang menganggap kita ini bersahabat, jangan lagi menutup diri. kamu kuat lebih dari ini. perempuan sekuat kamu tidak akan menggunakan cara ini untuk masalahnya. maaf sudah sempat melupakanmu. tolong, jangan ragu meminta bantuanku, dan yang lain. jangan pernah sekalipun ragu. aku dan yang lain akan sangat ingin membantumu. apapun caranya"
aku kemudian menunduk, menyesal, meratapi guratan sprai tempat tidurku, kemudian meneteskan air mata. ada apa denganku? apa yang baru saja aku lakukan? melukai kelima perasaan perempuan ini, membuatnya merasa bersalah, membuatnya merasa penasaran dan sekarang membuat suasana ruangan ini begitu mengisakku. aku adalah makhluk paling bodoh detik itu, mengorbankan mereka yang sebenarnya malah ingin berkorban untukku. pelukan mereka aku sambut, dan aku tidak mampu lagi berkata-kata, bahkan untuk meminta maaf sekalipun. aku benar-benar menemukan mereka, mereka telah berada disini, tidak perlu aku cari, karena seperti apapun kuatnya aku, aku harus tetap meminta bantuan mereka tanpa ragu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar